Siapa yang
tak kenal dengan Indonesia ? dan katakan siapa yang tak kagum dengan kekayaan
alam Indonesia ? Yaa!! Negara ku ini dikagumi oleh masyarakat mancanegara
maupun masyarakat dalam negeri dikarnakan kekayaan alamnya yang melimpah-ruah. Dibuktikan
banyaknya turis asing yang sangat ingin berkunjung dinegeri khatulistiwa ini.
Hanya karna mereka ingin melihat pemandangan bawah laut yang menakjubkan
ataupun mendaki gunung di Indonesia ku ini .
Indonesia
tidak hanya kaya dengan kekayaan alamnya namun kaya juga akan berbagai ragam
suku didalamnya . Setiap suku memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lain . Bahkan perlu diketahui , semua mata akan takjub saat ada
acara pesta rakyat Indonesia yang dimana , didalamnya menampilkan semua paduan
antar budaya di Indonesia . Disana , semua bersatu padu menampilkan yang
terbaik dan saat itulah kita dapat merasakan kekayaan yang beragam di negeri
khatulistiwa ini .
Saya akan
mengenalkan kepada kalian dengan salah satu kota di Indonesia , ialah kota
karawang . Kota kecil yang cukup terkenal dengan solidaritas masyarakatnya ,
keramahan masyarakatnya , ketenangan kotanya , keindahan suasana malamnya
adapun jajanan uniknya. Banyak sekali bukan ??? Itulah yang menjadikan saya
memilih mengenalkan karawang , karena mungkin jarang terdengar kota ini
ditelinga kalian.
Mungkin
banyak yang bertanya-tanya , dimana kota karawang itu ? ada apa saja disana?
Apa ada wisata alam disana ? Saya akan menjawab pertanyaan kalian melalui cerita
yang akan sampaikan yaitu perjalanan saya dari Jakarta ke Karawang sampai pada dimana
saya mengunjungi tempat wisata alam yang membuat orang merasakan terbayarkannya
rasa lelah mereka , ketika sampai ditempat tersebut . Semakin dekat tempat itu
, semakin terdengar pula suara alam yang serasa memanggil untuk cepat mendekat.
Perjalanan
ini tidak berjalan mulus sesuai rencana , yaaa! ini adalah hal biasa alias
lumrah dari sebuah rencana karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi meskipun
rencana yang telah dibuat jauh-jauh hari atau rencana matang biasa disebut.
Diawali dengan kepanikkan ketika saya telah sampai di Stasiun Kota , sampai
setengah jam saya tidak melihat batang hidung teman-teman saya satu pun. Saya
sudah hampir 6 kali keluar masuk stasiun , dari stasiun itu sepi sampai padat
penumpang yang akan menaiki kereta. Saya tetap tidak menemukan mereka satu pun
, yang membuat tambah jengkel adalah saya kehabisan kuota dan menelpon salah
satu teman saya pun telepon seluler nya tidak aktif . Terbayangkan kah
bagaimana tambah panik dan kesalnya saya . Akhirnya saya memutuskan untuk
membeli pulsa dan betapa senangnya saat itu tidak mengantri . Beberapa saat ,
salah satu dari mereka menelpon saya dan ternyata mereka menunggu di AW , saya
langsung bergegas berlari . Sesampainya di AW , salah satu teman saya
mengatakan ,”Untung tiketnya habis yang jam 5 , kalau enggak . Lu udah kita
tinggal . Nanti keretanya ada lagi yang jam 7 , duduk aja sini dulu. Gue udah
beli tiketnya” . Kita pun menunggu sama-sama sampai waktu menunjukkan pukul
18.30 WIB , yang dimana kita harus bergegas berlari ke kereta agar mendapatkan
tempat duduk . Jika tidak begitu , bisa bayangkan kita harus berdiri selama 2
jam dikarnakan tidak mendapatkan tempat duduk.
Sesampainya
distasiun Karawang , seperti stasiun biasanya kita akan disambut dengan para
pengemudi angkot ataupun ojek-ojek motor. Namun tak disangka , di Karawang
masih ada ojek becak loh. Mereka pun berlomba-lomba menawarkan jasanya agar
penumpang tertarik tapi bedanya tidak ada pemaksaan jadi terserah penumpang
saja ingin naik yang mana. Kami memilih angkot sebagai transportasi untuk
menuju tempat tinggal salah satu masyarakat asli karawang yang bernama Nugie.
Nugie merupakan teman spesial dari sahabat saya. Namun yang tak disangka dengan
baiknya ia menawarkan diri untuk kami tinggal sementara dirumahnya.
Ternyata
alamat yang kita maksud berada didalam gang pemukiman masyarakat , yang cukup
jauh dari jalan raya. Berhubung angkot yang kita tumpangi hanya dapat mengantar
sampai gerbang saja , jadi kita memutuskan untuk berjalan dalam menelusuri
alamatnya dengan sisa tenaga yang ada. Sampailah , dialamat rumah Nugie yang
dimana rumahnya cukup besar . Nugie menyambut kami dengan ramah , ia pun sudah
menyediakan kamar yang memang benar-benar layak untuk kami beristirahat. Kami
memasukkan barang bawaan kami kedalam kamar , dan segera mandi karena bau yang
melekat ditubuh sudah tidak sedap.
Ketika
kita sudah selesai mandi semua , Nugie mengajak kami untuk coba jajanan dipasar
malam yang diadakan di lapangan Karang Pawitan. Kami pun dengan semangat
menyetujui ajakan Nugie. Sesampainya disana , kami membeli makanan yang
berbeda-beda agar dapat saling berbagi. Setelah semua sudah merasa kenyang ,
kami bergegas pulang untuk beristirahat agar besok memiliki semangat baru untuk
menuntaskan rencana awal kami yaitu berkunjung ke tempat wisata alam agar kita
dapat menggali informasi, menambah
wawasan, mengenal lebih dekat tentang tempat wisata yang akan kita kunjungi
tersebut.
Keesokkan
harinya, hari yang ditunggu-tunggu dimana kita akan mengunjungi wisata alam
yang menyimpan keindahan yang menakjubkan . Wisata alam itu bernama “Curug
Cigentis” yang terletak digunung kaki Sanggabuana tepatnya di desa Mekarbuana.
Kita harus berjalankaki sampai dengan curug dengan track menanjak dengan
jalanan terjal dan berbatu. Itu sebuah tantangan untuk kami , hingga sampai
curug. Namun , usaha untuk mencapai curug tidak akan sia-sia, Curug Cigentis
benar-benar menyajikan pemandangan yang indah serta suasana yang sejuk dan
nyaman. Harga tiketnya pun yang cukup murah untuk kategori tempat wisata alam
yang menawarkan keindahan alamnya.
Sesampainya
, di Curug Cigentis terbayar sudah rasa lelah kami selama diperjalanan. Didalam
perjalanan menuju Curug Cigentis, kita juga melakukan wawancara dengan warga
sekitar , penjaga Curug Cigentis, orang yang membuka warung di kaki gunung yang
kami jumpai, dinas kebersihan dan kenyamanan Curug Cigentis dan pengunjung
curug. Untuk mendapatkan informasi dan kesan maupun pesan mereka dalam
berkunjung ke Curug Cigentis. Disana , kami merasakan keramahan masyarakatnya
dan mereka pun tidak menolak untuk kami wawancarai.